Berita Bisnis : Langkah BI Atasi Dampak Krisis AS pada Perbankan

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menilai, kondisi pasar domestik saat ini masih cukup baik dan tidak terlalu terimbas kondisi finansial global. ''Jadi, kita belum melihat sesuatu yang darurat,'' kata Gubernur BI Boediono seusai salat Jumat di kantornya kemarin (19/9).

Menurut mantan menko perekonomian tersebut, sejauh ini bank sentral belum mendeteksi adanya tekanan besar dari keruntuhan bank-bank investasi di AS, seperti Lehman Brothers. BI masih memandang kesehatan bank domestik masih cukup baik.

Namun, kata dia, otoritas moneter tetap melakukan sejumlah langkah untuk menjaga kualitas likuiditas pasar finansial tanah air. Salah satunya, BI akan memperpanjang jangka waktu fasilitas repo (gadai) SBI dan SUN dari satu minggu menjadi hingga tiga bulan. Dia berharap kebijakan itu bisa membantu mengurangi tekanan likuiditas di perbankan nasional. Sebelumnya, bunga repo juga dipangkas.

''Likuiditas harus kita kencangkan secara umum. Tidak terlalu lebih, tidak terlalu kurang. Tapi, dalam jangka pendek perlu pemberian ruang-ruang atau opsi bagi yang perlu likuiditas jangka pendek. (Untuk jangka panjang), ada yang satu bulan, mungkin sampai tiga bulan,'' papar guru besar UGM tersebut.

Boediono mengaku, meski likuiditas dilonggarkan, bank sentral tetap akan konsisten menekan tingkat inflasi sesuai sasaran. Pekan ini BI memangkas suku bunga repo dari semula BI rate plus 300 bps menjadi BI Rate plus 100 bps, atau dari 12,25 persen menjadi 10,25 persen.

Likuiditas juga akan terbantu dengan pencairan saldo pemerintah di BI untuk proyek-proyek APBN. ''Sebentar lagi akan banyak pengeluaran pemerintah, baik untuk proyek maupun yang lebih operasional. Saya kira likuiditas akan tambah lagi,'' ujarnya. Saldo pemerintah di BI saat ini masih mencapai Rp 120 triliun. (sof/eri/dwi)